Senin, 25 April 2016

Perjalanan hidup yang sesungguhnya

"Perjalanan hidup yang sesungguhnya adalah kepulangan, bukan kepergian".

Sebuah quotes di halaman terakhir bukunya kang gun (kurniawan gunadi) mengingatkanku akan nasihat ummi sebulan lalu. Saat itu aku sedang packing persiapan keberangkatan ke jogja selama dua pekan.

kepergian seorang wanita selama dua pekan, tidak akan cukup menggunakan satu koper. Masih ada tas ransel besar yang isinya masih keperluan dan di anggap penting untuk dibawa.

Seperti biasa ummi masih tidak bisa melepaskan untuk mengontrol apa yang aku lakukan. "Bawaannya ndak kebanyakan ? Memang bisa bawanya ? Seakan ingin pergi jauh", ummi bertanya dan mengontrol.

"Ini dikit mi, sudah banyak yang di kurangi". Jawabku membela.

"Dari kemarin beberesnya belum selesai-selesai. Apakah bekal ke akhirat nanti juga di persiapkan dengan baik seperti perjalanan ke jogja besok ?".

Bibir ini tidak mampu lagi menjawab dan membela diri. Seketika kelu dan tak bersuara. Apa yang telah aku persiapkan ? Apa yang telah aku lakukan ?

"Perjalanan ke jogja hanya dua minggu nak, tapi perjalanan ke akhirat selamanya". Seketika aku menangis. Bekal untuk ke jogja sudah penuh di dalam koper. Lalu apa isi koperku menuju kepulangan akhirku ? Apakah sudah ada isinya ? Atau masih kosong dan hampa ?

Ya Allah, maafkan hambamu ini yang begitu antusias memikirkan hal dunia. Tapi begitu lemah dalam memikirkan tujuan akhir dari kehidupan. Bukankah perjalanan hidup sesungguhnya adalah kepulangan ke rumahMu. Bukankah tubuh ini akan kembali kepadaMu ?

Ummi, terimakasih sudah mengingatkan anakmu ini. Ya Allah terimakasih telah mengirimkan malaikat tak bersayap yang selalu mengingatkan aku akan keberadaanMu, akan kuasaMu, akan janjiMu dan akan kasih sayangMu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar