"Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa".
Sudah seharusnya seorang mukmin merindukan status taqwa. sebab, status taqwa adalah derajat yang paling tinggi dalam kehidupan manusia. Allah sudah memberitahukan kepada kita semua "yang paling mulia diantara kamu adalah orang yang bertaqwa" (QS 49:13)
Sahabat.. ketaqwaan adalah faktor terbentuknya iman
yang kokoh dalam diri seseorang. Sebagian besar ulama mendefinisikan, bahwa
taqwa adalah hendaklah Allah tidak melihat kamu berada dalam larangan-Nya dan
tidak kehilangan kamu dalam perintah perintahNya. taqwa adalah suatu kondisi pikiran dan jiwa orang mukmin yang merasakan kehadiran Allah SWT dimanapun ia berada. dia ridho dengan segala kondisi yang di anugerahkan Allah, dia takut untuk bermaksiat kepada Allah, tetapi sekaligus dia cinta dan penuh harap-tidak putus asa dari rahmat Allah. Hal ini kelihatan sangat
simpel namun dalam prakteknya saya merasa bahwa butuh perjuangan yang sangat
besar untuk mencapai derajat takwa. Sungguh, di kehidupan sehari-hari,
sangat banyak godaan yang menghadang dan menuntut kita untuk menunjukkan
komitmen serta keistiqamahan dalam beramal.
DR Abdullah Nashih Ulwan dalam bukunya yang
berjudul “Tarbiyah Ruhiyah” menyebutkan bahwa untuk dapat mencapai sifat takwa
ada hal-hal yang perlu kita biasakan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu :
1.Mu’ahadah (Mengingat
perjanjian)
Dahulu kita pernah berikrar, bahwa Allah SWT adalah satu-satunya
tuhan yan patut kita sembah,kita ikuti segala perintahnya dan jauhi segala
larangannya. Adakah kiranya amal yang kita lakukan saat ini adalah amal yang
sesuai dengan janji kita dahulu? Allahualam. Namun tak ada salahnya bila kita terus
berusaha untuk bisa lebih baik dari sebelumnya. Dalam bukunya DR Abdullah
mengatakan bahwa hal yang bisa kita lakukan untuk mengingat perjanjian kita
dengan Allah SWT adalah dengan cara berkhalwat (menyendiri) dalam rangka
introspeksi diri serta berkomitmen terhadap ikrar yang selalu kita ucapkan
setiap kali kita shalat :
“Hanya Engkaulah yang
kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan”
(QS Al-Fatihah:5)
2.Muraqabah (Merasakan
kesertaan Allah SWT)
Pengertian dari muraqabah adalah merasakan keagungan Allah SWT
di setiap waktu dan keadaan serta merasakan kebersamaan dengan-Nya di kala sepi
ataupun ramai.
Ingatlah sahabat! Bahwa Allah selalu melihat kita, dalam sebuah
hadist dikatakan bahwa Allah berada lebih dekat daripada urat nadi kita.
Dalam pun Al-Qur’an disebutkan :
Dan bertawakkallah kepada
(Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang,
Yang melihat kamu ketika
kamu berdiri (untuk sembahyang),
dan (melihat pula)
perobahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.
(QS Asy-Syu’araa : 217-219)
Ayat ini memperjelas bahwa Allah SWT selalu mengetahui dan dekat
dengan diri kita. Bagaimanakah cara kita untuk dapat ber-muraqabah? Dengan
berniat ikhlas semata-mata untuk menggapai ridha Allah SWT.
Dalam sebuah hadist dijelaskan : ”Hendaklah kamu beribadah
kepada Allah seolah-olah kemu melihat-Nya, dan jika memang kamu tidak
melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihat kamu.
“Dalam melaksanakan
ketaatan adalah dengan ikhlas pada-Nya.
Dalam kemaksiatan adalah
dengan taubat, penyesalan dan meninggalkan total.
Dalam hal mubah adalah
dengan menjaga adab-adabaa terhadap Allah dan bersyukur atas nikmat-Nya.
Dalam musibah adalah
dengan ridha kepada ketentuan Allah.”
3.Muhasabah (Introspeksi
diri)
Umar Al-Faruq r.a. berkata : “Hisablah diri kalian sebelum
kalian di hisab, timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang, dan
bersiap-siaplah untuk pertunjukan yang agung(hari kiamat). Di hari itu kamu
dihadapkan kepada pemeriksaan, tiada yang tersembunyi dari amal kalian barang
satu pun.”
4.Mu’aqabah (Pemberian
sanksi)
Seorang ustadz pernah bertanya pada khalayak dalam sebuah forum.
“Menurut antum semua, kalau kita futur(turun keimanan) apakah wajar?”. Secara
serempak peserta forum menjawab “Wajar Ustadz!”. Ustadz pun menanggapi hal
tersebut dengan mengatakan “Pantas saja kita sering futur! Toh kita bilang
wajar!”
Perkataan itu tak disangka menggetarkan hati saya. saat amalan
harian yang stabil tiba-tiba turun, kita seringkali berkata dalam diri
kita,”Ah, ini sih wajar”, tak heran keimanan kita turun secara perlahan menuju
sebuah titik di dasar. Sekarang apakah kita mau hanya duduk dan diam saja?
Salah satu hal yang bisa kita lakukan untuk dapat mengkondisikan
diri kita senantiasa berada dalam performance yang baik adalah dengan memberikan
sanksi pada diri kita sendiri. Hal ini kita lakukan sebagai peringatan untuk
tidak dengan mudahnya menyalahi ikrar dan menjadi dorongan untuk lebih
bertakwa.
Para sahabat telah memberikan kita contoh penerapan mu’aqabah
ini. Umar bin Khattab r.a. suatu saat terlambat shalat ashar berjama’ah di
masjid karena terlalu lama asyik berada di dalam kebunnya, seketika itu juga
Umar mensadaqahkan kebunnya. Tamim ad-Darira suatu waktu tidur semalam suntuk
tanpa melaksanakan shalat tahajjud, setelah hari itu Tamim memberikan dirinya
sanksi dengan mealaksanakan tahajjud satu tahun penuh. Subhanallah. Silakan
sahabat pikirkan kegiatan sehari-hari sahabat, apakah memang kita sering
melalaikan perintah Allah? Menunda-nunda untuk beberapa waktu? Marilah
sama-sama kita merenung.
5.Mujahadah
(Optimalisasi)
Hal terakhir yang disebutkan dalam buku tarbiyah ruhiyah adalah
Mujahadah! Sebuah bentuk perlawanan terhadap hawa nafsu dan kebiasaan buruk
kemudian mengubahnya menjadi sebuah kebiasaan baik. Mujahadah pun dapat
diartikan sebagai pemaksaan diri untuk melakukan amal-amal lebih banyak dari
sebelumnya. Dan disaat kita lalai Selalu bangkit kembali sekuat tenaga.
“Dengan Mu’ahadah kita
dapat beristiqamah diatas syariat Islam.”
“Dengan Muraqabah kita
merasakan keagungan Allah disetiap saat.”
“Dengan Muhasabah kita
bisa terbebas dari hawa nafsu yang selalu berontak.”
“Dengan Mu’aqabah kita
bisa memisahkan diri dari penyimpangan.”
“Dengan Mujahadah kita
bisa memperbaiki aktivitas diri dan menumpas kelalaian serta kemalasan.”
"ingatlah, surga itu dikepung oleh segala macam kesukaran atau hal-hal yang tidak disukai (al-makaarih), dan neraka itu di kepung oleh hal-hal yang disukai manusia (al-syahawaat)." (HR.Thabrani, Shaheh)
Jadi memang tidak mudah untuk merah derajat taqwa. perlu perjuangan berat, jalan menuju kesana mendaki dan tajam. tapi, tidak ada pilihan lain, mau surga atau neraka. waktu terus bergulir, tidak memberikan pilihan lain.
Semoga kita semua termasuk orang-orang yang selalu berusaha dan berusaha serta tidak berputus asa untuk meraih derajat taqwa.